Tragedi Kanjuruhan, 174 Orang Meninggal Dunia Setelah Pertandingan Arema Malang vs Persebaya Surabaya

Tragedi Kanjuruhan Arema Malang
Tragedi Kanjuruhan Arema Malang | sumber: twitter.com/@persis

PINGGIR BOLA - Dalam Tragedi Kanjuruhan, sedikitnya 174 orang meninggal dunia dan hampir 200 lainnya luka-luka akibat tembakan gas air mata dalam pertandingan sepak bola Indonesia.

Tragedi Kanjuruhan terjadi setelah polisi menembakkan gas air mata ke arah suporter yang menyerbu lapangan menyusul kekalahan kandang Arema FC dari rival sengitnya Persebaya Surabaya.

Video menunjukkan ribuan pendukung menyerang kendaraan polisi setelah kekalahan, sementara laporan lokal mengklaim bahwa beberapa pemain Arema yang masih berada di lapangan juga diserang.

Polisi menanggapi dengan menembakkan gas air mata ke arah tribun (kerumunan), memicu kepanikan yang membuat para penggemar melonjak menuju pintu keluar di Stadion Kanjuruhan.

Banyak dari pendukung tersebut kemudian mati lemas, sesak nafas, dan dilaporkan diinjak-injak sampai mati, dengan ratusan dilarikan ke rumah sakit dan banyak yang meninggal baik dalam perjalanan atau dalam perawatan.

Seorang dokter mengatakan kepada media bahwa seorang anak berusia lima tahun termasuk di antara mereka yang tewas, sementara dua petugas polisi juga dilaporkan tewas.

“Kami sudah melakukan tindakan pencegahan sebelum akhirnya menembakkan gas air mata karena (penggemar) mulai menyerang polisi, bertindak anarkis dan membakar kendaraan,” kata Kapolres Jatim Nico Afinta saat konferensi pers.

Namun, peraturan FIFA menyatakan bahwa tidak ada senjata api atau gas pengendali (gas air mata) yang boleh dibawa atau digunakan oleh polisi di dalam stadion.


Baca Juga : Dikalahkan Persikabo di Laga Perdana Liga 1 Indonesia, Persebaya: Banyak Pelajaran


Kepadatan juga dipahami sebagai faktor yang berkontribusi, dengan Menkopolhukam Mahfud MD mengklaim bahwa 42.000 tiket telah dikeluarkan untuk tempat berkapasitas 38.000 tempat duduk.

Presiden Indonesia Joko Widodo memerintahkan agar semua pertandingan di negara ini harus ditunda sampai penyelidikan selesai, sambil juga menekankan perlunya mencegah bencana lebih lanjut di masa depan.

“Saya sangat menyayangkan tragedi ini dan saya berharap ini adalah tragedi sepak bola terakhir di negara ini. Jangan biarkan tragedi kemanusiaan seperti ini terjadi lagi di masa depan,” katanya dalam konferensi pers.

“Kita harus terus menjaga sportivitas, kemanusiaan, dan rasa persaudaraan bangsa Indonesia,”

Arema FC telah dilarang menjadi tuan rumah pertandingan selama sisa musim, sementara sanksi lebih lanjut juga kemungkinan akan menyusul setelah kejadian memilikan dalam tragedi kanjuruhan.

Sedikitnya 11 dari mereka yang terluka diperkirakan dalam kondisi serius, artinya jumlah korban tewas masih bisa naik dari angka resmi terbaru.

Tragedi itu tampaknya telah menyebabkan jumlah kematian tertinggi kedua yang pernah terlihat dalam bencana stadion sepak bola.

Di belakang tragedi kanjuruhan hanya ada di tahun 1964 di Estadio Nacional setelah pertandingan antara Peru dan Argentina yang menewaskan 328 orang.***

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.